11/08/2020

Puisi Tahun ajaran baru

Puisi Hari Ibu

Cucu Hayati,S.Pd,MM

PUISI

Tahun ajaran baru sekolah kini telah hadir kembali
Tapi semuanya berbeda hanya terkunci dalam rasa takut
Hadirnya corona selama enam bulan ini masih menyelimuti

Gedung sekolah masih membisu
Tak ada salam,senyum dan canda siswa
Guru-guru memacu tugas di rumah
Orang tua ikut berjibaku hadirkan tugas baru.

Belum terlihat wajah ayu rupawan siswa
Masih berselimut jarak jauh
Corona tetap kuat menjaga jarak
Tak ada pertemuan
Tak ada lagi komunikasi tatap muka
Semuanya jauh dalam kurun waktu yang belum tentu

Anak-anak rindu masuk sekolah
Rindu bercanda ria
Rindu naaihat ibu,bapak guru
Rindu berseragam baru
Beralih warna memadu
Merah menjadi biru
Biru menjadi abu
Hanya angan semuanya masih terkunci dalam mimpi.

Kini tahun ajaran baru hadir dengan sejuta perbedaan
Anak-anak sekolah tetap hadir di rumah
Dalam asuhan ayah bunda

PEMBELAJARAN JARAK JAUH SEBUAH LANGKAH BERDAMAI DENGAN COVID 19

Kehadiran wabah covid 19 telah mengubah tatanan kehidupan, termasuk mengubah cara pembelajaran di sekolah. Protokol kesehatan demi mencegah penyebaran covid 19 terus disosialisasikan. Social distanching, jaga jarak, penggunaan masker, handsanitizer, pembiasaan cuci tangan menjadi topic yang selalu viral dan diviralkan. Pembelajaran yang dulu dilakukan di kelas secara merdeka, sekarang harus daring dan luring. Pembelajaran daring bagi guru dan siswa yang memiliki akses internet yang cukup. Pembelajaran luring bagi guru dan siswa yang kurang akses internet

Melihat kondisi penyebaran covid 19 yang belum mereda, demi melindungi anak-anak dari paparan virus corona, sebagian wilayah di Indonesia melakukan pembelajaran jarak jauh(PJJ). Proses PJJ telah berlangsung beberapa bulan. Kegiatan guru dalam PJJ bervariasi. Tanpa persiapan mengajar pun pembelajaran dapat berlangsung. System belajar mengajar mengajar berubah dari tatap muka menjadi daring dengan memanfaatkan teknologi

Daring (Dalam Jaringan) terpaksa dilakukan akibat wabah yang mendunia, si covid 19. PJJ menjadi masalah baru.  Bagi sekolah yang tebiasa menggunakan perangkat teknologi dalam pembelajaran, tentu tak banyak menuai masalah.  Sebaliknya bagi sekolah, guru, siswa yang baru pertama kali menjalankannya akan merasakan masalah. Apalagi jika piranti dan jaringan di daerah minim fasilitas, sangat terasa

PJJ harus jalan. Ini upaya untuk berdamai dengan corona. Berdiam diri di rumah tanpa kegiatan akan menjadikan masa depan buram. Sementara keluar rumah tanpa mempertimbangkan protokol kesehatan akan berdampak makin luasnya penyebaran covid 19. Seperti buah silamalakama, dimakan ibu yang mati, tak dimakan ayah yang mati. Pusing. Membuat stress sebagian guru, orang tua dan bahkan siswa. Lagi-lagi harus berdamai dengan corona, dan inilah salah satu solusinya. PJJ.

Perubahan cara belajar karena dampak wabah ini berlangsung sangat cepat. Menurut data United Nations Educational Scientific  And Cultural Organitation (UNESCO) tanggal 12 Maret baru 29 Negara menerapkan libur sekolah, tanggal 18 Maret angka itu menjadi 112 negara. Lalu bagaimana dengan sekarang, Juli 2020 tentu makin bertambah Negara yang meliburkan anak, berarti juga bertambah Negara yang melakukan PJJ.

Di Indonesia, PJJ marak dilakukan dengan ponsel pintar. Guru menggunakan WAG (Grup WhastApp). Para guru memberikan tugas kepada siswa melalui WA, tugas harian sesuai jadwal yang telah dibuat sebelumnya. Siswa menerima materi dari WA, membacanya dan mengerjakan tugas yang ada pada teks tersebut. Siswa mengirimkan hasil kerjanya kepada guru melalui WA, besoknya pelajaran berganti sesuai jadwal, begitulah yang terjadi PJJ saat ini.

Aktivitas pembelajaran seperti ini bagi anak-anak yang tinggal di kota tidak ada kendala karena fasilitas lengkap. Namun, KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia mengkhawatirkan, jika anak terlalu banyak mendapat tugas bisa menimbulkan masalah psikologis. Laporan masyarakat kepada KPAI menyebutkan bahwa banyak anak kelelahan setelah mengikuti PJJ karena tugas yang banyak. Jika anak terbebani maka bisa berpengaruh kepada imunitas anak. KPAI mendorong pemangku kepentingan pendidikan membangun rambu-rambu untuk kegiatan PJJ.

Suka duka selama PJJ bemacam-macam. Sebagian orang tua lebih senang anaknya belajar di sekolah. Selain pulsa internet yang membengkak, keluhan orang tua yang lain adalah bertambahnya pengeluaran, namun positifnya adalah lebih banyak waktu berkumpul dengan keluarga. Jika anak belajar di sekolah, guru dan siswa yang aktif dalam proses, tetapi bila daring, belajar di rumah, maka yang aktif guru, siswa dan orang tua

Kegiatan PJJ dibarengi dengan panduan, namun guru jangan berharap banyak PJJ yang dilakukan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. SK-KI bukan menjadi tuntutan untuk terpenuhi, tetapi yang harus dipikirkan, bagaimana pembelajaran tidak berhenti. Siswa tetap terlayani sebagai mestinya. Guru sebaiknya memberikan materi pembelajaran sesuai RPP yang telah disiapkan dan melengkapi muatan pembelajarannya dengan karakter yang harus dimiliki anak. Guru harus memberi pemahaman atas hikmah yang ditimbulkan covid 19 ini. Mengapa harus selalu mencuci tangan, harus ada social distanching, mengapa memakai masker, dan lain-lain. PJJ solusi berdamai dengan covid, semoga semua pihak dapat bersabar hingga tiba saatnya covid 19 pamit, (Wallahu a’lam)

Bandung 24 Juli 2020.

Uncategorized
About SMPN 8 BDG